A.
Sejarah kemunculan islam
Dalam buku Faisal Ismail terdapat dua orientalis yang menganalisis
tentang sejarah kemunculan agama islam. Dua orientalis tersebut adalan William
Montgomerry Watt dalam bukunya Muhammad at Mecca, dan Patricia
Crone dalam bukunya yang berjudul Meccan Trade and the rise of islam.
1.
William
Montgomerry Watt
Beliau adalah salah satu orientalis senior terkemuka di barat.
Beliau mencoba melakukan studi yang mendalam terhadap kemunculan islam itu dengan
menggunakan analisis dengan sudut pandang pendekatan sosioekonomik. Menurut
Watt faktor yang mempengaruhi munculnya agama islam ialah perdagangan Mekah.
Teori Watt ini dianggap oleh beberapa ilmuwan dan sejarawan sebagai teori yang
baku, dan ini dijadikan aksioma oleh beberapa sejarawan.
Dalam kaitannya dengan hal ini, Watt menyatakan bahwa Mekkah
merupakan kota dagang yang bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan oleh
posisinya yang sangat strategis karena terletak di persimpangan jalan yang menghubungkan
jalur perhubungan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syria dan dari Abysina ke
Irak. Selain itu, posisi Mekah yang terletak di tanah Haram semakin menambah
pamor dan prestise dirinya untuk dikunjungi oleh para peziarah dan para
pedagang. Watt menyatakan bahwa tumbuhnya Mekkah sebagai pusat perdagangan yang
besar dan bergengsi disebabkan karena lokasi kota itu berada di tanah haram
dimana orang-orang datang ke Mekkah tanpa rasa takut untuk diganggu dan di
aniaya. Mekkah, dengan Ka’bah nya, menjadi pusat ziarah (haji) dan disana para
pengunjung juga melakukan kontak-kontak dagang sehingga Mekkah terkenal sebagai
salah satu pusat pasar raya yang termasyhur pada masa pra islam. Karena posisi
strategis kota Mekkah sebagai pusat perdagangan yang bertaraf internsional,
maka komoditas-komoditas yang diperdagangkan oleh orang-orang Mekkah, menurut
Montgomerry Watt, adalah barang-barang dagangan yang mewah seperti emas, perak,
sutera, porselin, rempah-rempah, parfum, minyak wangi, kemenyan, dan lain-lain.
Pada mulanya, orang-orang Quraisy Mekkah, kata Watt selanjutnya, adalah
orang-orang kelas menengah dan bekerja sebagai pengecer barang-barang dagangan.
Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya orang-orang Mekah memperoleh sukses
besar dan mereka pun menjadi para pengusaha.
Watt mengatakan bahwa Mekkah terletak di persimpangan jalan yang
menghubungkan jalur perhubungan dari Yaman ke Syria dan dari Abyssinia
(Ethiopia) ke Irak. Hal ini menjadikan Mekkah dan penduduknya mempunyai relasi
dagang secara reguler dan permanen dengan negara-negara tetangganya dan
negara-negara asing lainnya.
Menurut Montgomerry Watt, kehidupan masyarakat Arab sebelum
datangya islam, termasuk orang-orang Arab Mekkah, sangat menghargai nilai-nilai
solidaritas kesukuan dan solidaritas sosial. Hal ini diperkuat pula oleh
nilai-nilai humanisme kesukuan yang kuat. Ciri yang menonjol dari kehidupan
mereka adalah muruwah , yaitu keberanian dalam peperangan, kesabaran dalam
menghadapi ketidakberuntungan, persisitensi dalam melakukan balas dendam,
perlindungan pada orang-orang yang lemah dan penantangan terhadap orang-orang
yang kuat. Watt mengatakan bahwa muruwah sangat cocok dalam tatanan ekonomi
nomadik yang sudah lama mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Arab itu.
Lebih jauh Watt mengatakan ketika orang-orang Qurauisy Mekkah memperoleh
keberuntungan dan sukses besar dalam dunia bisnis dan perdagangan, maka
solidaritas kesukuan dan solidaritas sosial yang berfondasikan muruwah tadi
lambat laun terkikis dan tercerabut dari akar-akar tradisi dan tatanan
kehidupan mereka. Hal ini mengakibatkan hilangnya rasa kebersamaan dalam
kehidupan masyarakat Mekkah. Dari kehidupan yang demikian, seorang menjadi
tersisih dari kehidupan kecuali ia mempunyai kelompok untuk bergabung dan
berlindung. Kini masyarakat telah sarat dengan kepentingan yang bermuatan
dengan material dan finansial. Pergeseran ini memicu terpisahnya antara yang
kaya dengan yang miskin. Kekayaan itu membuat masyarakat Mekkah merasa bisa
hidup sendiri dan dan seolah-olah mereka tidak perlu lagi bergantung pada
Tuhan. Mereka kehilangan sensitivitas untuk menyadari akan sifat Tuhanyang
memberi rizki pada manusia.orang-orang Mekkah telah mengalami lunturnya
nilai-nilai humanisme kesukuan dan kehidupan mereka digerogoti oleh
krisis-krisis moral dan sosial ketika mereka meninggalkan tatanan ekonomi
nomadik kemudian memasuki dan menjalani tatanan ekonomi kapitalis.
Terhadap krisis-krisis itulah, Muhammad melakukan respon untuk
melakukan reformasi terhadap tatanan moral dan tatanan sosial berdasarkan
pesan-pesan agama yang dibawanya. Maka dari itu, wahyu yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad berisi tentang pentinganya sifat kedermawanan, kemurahan
hati, dan kesetiakawanan sosial. Ajaran ini akan membawa mereka pada kesadaran
akan sifat Tuhan, dan kepada Nya lahsebenarnya hidup manusia bergantung.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perdagangan Mekkah
menyebabkan terjadinya perubahan radikla dan fundamental dalam kehidupan
masyarakat Mekkah dari tatanan ekonominomadik ke tatanan ekonomi kapitalis. Dan
hal ini menyebabkan terjadinya krisis moral dan krisis sosial dalam kehidupan
masyarakat Mekkah, dan terhadap inilahMuhammad memberikan respon dengan
menyauarakan pesan-pesan moral dan prinsip sosial sebagaimana ajaran Tuhan.
Inilah maksud dari teori Watt bahwa, perdagangan Mekkah adalah merupakan faktor
yang sangat signifikan bagi kemunculan islam.[1]
2.
Patricia
Crone
Telah disebutkan di atas bahwa Watt mendapat sanggahan dari
Patricia Crone. Sanggahan yang dilontarkan Patricia Crone persisinya pada tahun
1987 atau lebih tepatnya 34 tahun kemudian.
Sanggahan Crone ada dalam bukunya yang berjudul Meccan Trade and
the Rise of Islam. Selain menggunakan bahan rujukan yang sama dengan Watt,
Crone juga mengacu pada puisi yang ditulis pada masa pra islam, berbagai tafsir
Qur’an, kumpulan hadis, buku sejarah, dan sumber tradisional lainnya.
Mengenai perdagangan, Crone mengatakan bahwa Mekah bukan merupakan
pusat perdagangan internasional. Kalaupun ada, itu hanya bersifat lokal. Crone
mengatakan bahwa ada pusat perdagangan di Arabia yang berkembang di kawasan
daerah gersang, khuususnya Aden. Akan tetapi, Aden dan kota-kota pantai di
Arabia selatan berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan karena terletak di
kawasan pantai. Mekkah merupakan kota yang terletak di pedalaman. Menurut
Crone, lazimnya kota-kota yang terletak di daerah pantai yang dapat memainkan
peranan sebagai lalu lintas niaga dan pusat-pusat perdagangan itu tidak mungkin
dilakukan oleh kota Mekkah yang terletak jauh di pedalaman. Crone berkesimpulan
bahwa Mekkah bukan pusat perdaganagan internasional, tapi hanya bersifat lokal
dan sama sekali tidak mempunyai arti penting.
Mengenai tanah haram dan perdaganagn, Corne mengatakan bahwa keliru
anggapan yang menyatakan bahwa Mekkah tumbuh menjadi pusat perdagangan yang
besar dan prestisius karena terkait dengan ka’bah. Apalagi orang-orang Mekkah
percaya bahwa perdagangan selama musim haji adalah terlarang. Pendapat yang
menyatakan islam munculkarena perdagangan adalah mitos belaka.
Corne,
juga menyatakan bahwa barang yang diperdagangkan oleh orang Mekkah bukan barang
mewah, tetapi barang yang biasa seperti, kulit, tas kulit, pakaian, keledai,
onta, dan barang kebutuhan sehari-hari. Crone menyatakan bahwa perdagangan di
Mekkah lebih condong digambarkan berdasarkan stereotipe-stereotipe tertentu.
Crone mengajukan hipotesisi yang jauh berbeda. Menurut Crone, mitra
dagang orang Mekkah adalah Syria dan Mesir.
Crone menyimpulkan bahwa Mekkah bukan merupaka kota transit dagang. Dan
ia tidak memeiliki relasi dagang dengan Ethiopia.
Crone menyatakan ketidak setujuannya terhadap teori Watt. Hal ini
karena didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:
1.
Tidaklah
mungkin bahwa dalam waktu yang begitu singkat kekayaan komersial akan
menimbulkan banyak kerusakan dalam kehidupan Mekkah. Pergeseran yang dialami
masyarakat Mekkah (seperti teori Watt) memakan waktu lebih dari satu abad, yang
mana dapat meraih sukses dan pada gilirannya bisa menggerogoti tatanan kesukuan
dari masyarakat.
2.
Bukti-bukti
tentang adanya kerusakan di Mekkah tidak memadai. Menurut Crone, kerusakan
moral yang dialami masyarakat Mekah seperti diagnosa Watt ini keliru. Seperti
contohnya, proteksi yang dinikmati Muhammad. Ketika Muhammad menjadi yatim
piatu, Muhammad diasuh oleh kakeknya. Menurut Crone, ini mmembuktikan bahwa
kesukuan dan solidaritas sosial di Mekkah masih tetap kuat dan utuh.
3.
Tesisi
Watt gagal menjelaskan bahwa sebenarnya adalah di Madinah, bukan di Mekkah.
Menurut Crone, adalah berlebihan jika sebuah kota yang terletak di pedalaman
yang tendus memiliki berbagai problem dan dari berbagaiproblem itulah seorang
pendakwah seperti Muhammad memberikan respon dengan membangun sebuah agama
dunia.
Setelah
mengkritisi teori Watt, Crone mengemukakan teorinya sendiri. Menurut Crone,
tidaklah diragukan bahwa ada rasa persamaan dan kesatuan yang kuat dalam
kehidupan masyarakat di Arabia yang didasarkan pada ikatan etnis dan kultural,
bukan pada ikatan ekonomis. Keberhasilan Muhammad jelas ada kaitannya dengan
fakta bahwa dia menyerukan pembentukan negara dan penaklukan. Tanpa penaklukan,
di Arabia dan di Fertile Crescent, unifikasi Arabia tidak akan tercapai. Dan
tidak ada bukti bahwa kepentingan komersial memberikan pengaruh pada kalangan
elite politik yang memerintah dalam pengambilan keputusan untuk melancarkan
penaklukan-penaklukan itu.
Akan
tetapi menurut Crone, penaklukan itu
adalah sebagai alternatif dari perdagangan. Hipotesisi Crone, Muhammad ingin
mencapai tujuan dan misi politik untuk mempromosikan nasionalisme Arab.
Ketauhidan memberikan janji yang bagus, yaitu kekuatan dan kekuasaan. Ini
membangkitakan militansi dan kebanggaan etnis bagi mereka. Seruan Muhammad
inilah yang mendorong masyarakat untuk mendukungnya. Dan misi politik inilah,
yang merupakan daya dorong dan daya pacu bagi tersebarnya islam secara luas.
Menurut Crone,
negara yang didirikan Muhammad di Madinah di bangun oleh seorang Nabi. Negara
itu didasarkan pada pilar otoritas keagamaan, bukan bukan didasarkan pada
material. Arabia diapit oleh dua negara besar yaitu Persia dan Byzantium, dan
inilah yang mendorong Muhammad untuk mempromosikan persatuan dan kesatuan Arab
atau nasinalisme Arab, dengan cara melakukan penaklukan-penaklukan.[2]
B.
Mencermati Pandangan Crone dan Watt
Dalam mencermati pandangan dari Watt
dan Crone, dalam buku Faisal Ismail terdapat anilisis mengenai pendapat
keduanya itu. Perbedaan pendapat antara Montgomerry Watt dengan Patricia Crone
timbul karena perbedaan sumber sejarah. Watt mendekatinya dengan perubahan
sosioekonomik, sedangkan Crone mendekatinya dengan sudut pandang politik. Namun
keduanya sama-sama menganalisis secara empiris (hstoris dan sosiologis).
Keduanya terlihat jelas bahwa meneliti kemunculan islam itu sebagai realitas kemasyarakatan yang
hanya berada di bawah tanpa melihat adanya faktor kekuatan transendental atau
kehedak dari Tuhan di atas.
Para sejarawan muslim menyatakan
bahwa Nabi Muhammad itu diutus oleh Alllah dengan tugas pojoknya yaitu untuk
mengajarkan dan menegakkan nilai moral dan akhlak luhur dan mulia. Dengan kata
lain, menurut ilmuwan muslimin, faktor nubuwah adalah jauh lebih penting
daripada faktor perdagangan dan faktor politik, yang mana pandangan ini dapat
kita sebut sebagai pandangan yang bermuatan keyakinan teologis, dalam arti
bahwa kemunculan Islam itu sangat terkait dengan adanya faktor kehendak Tuhan
dari atas. Allah mengutus Muhammad agar manusia sejalan sesuai dengan cita-cita
kemauan Tuhan.
Menurut Akram Khan (Sejarawan
muslim) islam tersebar luas karena ada
daya tarik tersendiri. Hal ini tercermin pada argumennya, yaitu:
1.
Pada
dasarnya peran islam tidak bersifat politis. Fokus utama islam adalah
memberikan bimbingan pada manusia untuk sukses di akhirat. Islam adalah
kesinambungan dari pesan-pesan para nabi terdahulu.
2.
Islam
telah mendatangkan perubahan yang cepat dan mendasar dalam seluruh aspek
kehidupan masyarakat Arab (pada aspek kepercayaan, perilaku, dan cara hidup).
3.
Alasan
utama tersebarnya islam secara cepat adalah karena pesan-pesan tauhid yang
diajarkannya. Ajaran tauhid ini telah membebaskan manusia dari segala bentuk
perbudakan, penghisapan, dan eksploitasi yang dilakukan manusia atas manusia
yang lainnya. Hal ini disebutkan oleh Fazlur Rahan yang menekankan prinsip One
God-one humanity.
4.
Nabi
Muhammad tidak mempersoalkan masyarakat Arab dengan non Arab. Inilah makna dan
hakikat universalisme islam dalam pengertian yang sesungguhnya.[3]
Kesimpulan
Ada dua pendapat mengenai kemunculan islam di dunia. Montgomerry
Watt menyatakan bahwa munculnya islam itu sebagai akibat dari kondisi
perdagangan dan perubahan perilaku masyarakat Arab atas majunya aspek
perdagangan di Arab. Sedangkan menurut Patricia Crone menyatakan bahwa Islam
muncul karena Nabi Muhammad ingin mengembangkan nasionalisme Arab hingga ke
penjuru dunia. Untuk mencapai hal itu, Nabi Muhammad memperlihatkan kesatuan
dan persatuan masyarakat Arab. Di mana wilayah Arab terjepit antara negara-negara
besar. Yang mana Arab dapat mengupayakan penaklukan terhadap negara besar
tersebut dengan sisitem nasionbalisme Arab yang sangat kuat.
[1] Faisal
Ismail, Perdagangan Mekkah dan Kemunculan Islam (mendiskusikan tesisi
Montgomerry Watt dan Patricia Crone), pdf.
[2] Faisal
Ismail, Perdagangan Mekkah dan Kemunculan Islam (mendiskusikan tesisi
Montgomerry Watt dan Patricia Crone), pdf.
[3] Faisal
Ismail, Perdagangan Mekkah dan Kemunculan Islam (mendiskusikan tesisi
Montgomerry Watt dan Patricia Crone), pdf.
0 komentar:
Posting Komentar