Senin, 26 November 2012

Sejarah Agama Hindu



    A.    Zaman Peradaban Sungai Indus
peradaban sungai Indus ditandai dengan adanya kota Mohenjo-Daro dan harappa.Kota Mohenjo-Daro diperkirakan menjadi ibu kota daerah lembah sungai Indus bagian selatan dan Harappa sebagai ibukota lembah sungai Indus bagian utara.Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok yang dilengkapi jalan yang ada aliran airnya. daerah lembah sungia Indus sangat subur, pertanian mata pencaharian utama. bagian utara dan lembah sungai gangga yang berbatasan dengan pegunungan Himalaya didiami oleh bangsa Arya. Bangsa Arya adalah bangsa pendatang dari Asia Tengah. Kemudian lama kelamaan bangsa Arya mempengaruhi bangsa Dravida yaitu suku asli bangsa India sehingga terjadilah percampuran kebudayaan dan agama.[i]
Kemakmuran peradaban lembah sungai indus sangat bergantung pada intensifikasi pada pengolahan tanah pertanian di sepanjang lembah. Peradaban sungai Indus berkembang selama kurang lebih seribu tahun.[ii]
Penduduk India tertua tergolong bangsa Negrito, yang kemudian bercampur dengan bangsa-bangsa yang mendatangi India. Maka bangsa India adalah campuran. Bangsa Dravida (penduduk asli) tersebar diseluruh India, tapi di India sebelah Utara mereka didesak oleh bangsa Arya.[iii]
Bangsa Arya diperkirakan masuk ke India pada 1000 SM dalam kurun waktu berkembangnya peradaban India kuno sejak 1500-500 SM.[iv] Dibanding dengan peradaban Sindh peradaban Arya belum bisa dikatakan tinggi. Mereka belajar bercocok tanam dari bangsa Dravida. Bangsa Arya pandai berperang karena mereka suka mengembara. Sedangkan bangsa Dravida adalah bangsa yang sudah memiliki peradaban tinggi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan: Bangsa Dravida sebelum kedatangan bangsa Arya sudah memiliki kota-kota besar, mereka juga sudah membuat kapal-kapal untuk berdagang dengan bangsa lain, hidup dari ppertanian dan cinta damai, masyarakat mereka bersifat matriakhal dan tidak menerima kasta-kasta, mereka memuja dewi dan binatang-binatang seperti ular, lembu, dan sebagainya.[v]
B.     Veda Periodik
Zaman weda merupakan zaman sejak masuknya bangsa Arya di Punjab hingga timbulnya agama Budha pada kira-kira tahun 500 SM. Zaman ini dibagi lagi menurut pertumbuhan kitab-kitab yang menjadi sumber  hidup keagamaan pada zaman ini, menjadi:
a.       Zaman Weda Purba atau Weda Samhita, dimulai dari tahun 1500 SM hingga kira-kira tahun 1000 SM. Pada zaman ini bangsa Arya masih berada di Punjab yaitu daerah Sungai Indus atau Sindhu. Disini belum banyak terdapat penyesuaian diri dengan peradaban India purba.
Pada zaman ini kehidupan keagamaan orang Hindu didasarkan atas kitab-kitab yang disebut Weda Samhita, yang berarti pengumpulan Weda. Menurut Hindu kitab ini ciptaan Dewa Brahma. Isinya diwahyukan oleh Dewa Brahma pada Rsi atau pendeta, dalam bentuk mantra-mantra yang kemudian disusun sebagai puji-pujian oleh para Rsi. Sebagai wahyu tertinggi maka Weda disebut Sruti (yang didengar dari dewa tertinggi). Sesudah dibukukan mantra-mantra itu dibagi menjadi 4 bagian pengumpulan (samhita), yaitu:
Ø  Regweda, beriri mantra-mantra dalam bentuk pujian yang digunakan untuk mengundang para dewa agar berkenan hadir pada upacara.
Ø  Sama weda, hampir seluruh isinya diambil dari regweda, kecuali beberapa nyanyian.
Ø  Yajurweda, berisi Yajus atau rapal, diucapkan oleh imam atau pendeta yang disebut Adwarya, yaitu saat ia melaksanakan kurban. Rapal-rapal itu untuk mengubah kurban menjadi makanan dewa
Ø  Atharwaweda, berisi mantra-mantra sakti.
Kepercayaan pada Weda Purba
Ø  Para dewata
Kitab Regweda menyebutkan adanya 33 dewa, yang dibedakan atas dewa langit, dewa angkasa, dan dewa bumi.
Ø  Roh jahat
Ada dua roh jahat, yaitu roh jahat yang tinggi martabatnya(salah satunya yaitu roh yang nenguasai musim kemarau) dan roh jahat yang rendah martabatnya (salah satunya yaitu roh yang menampakkan diri sebagai binatang atau sebagai manusia).
Praktik keagamaan
Yang menjadi pusat keagamaan orang-orang pada zaman ini adalah kurban. Ada dua macam kurban:
Ø  Kurban tetap, kurban yang dilakukan tiap kali, pada waktu pagi dan sore, tiap bulan baru dan bulan purnama, tiap awal musim semi, musim hujan, dan musim dingin.
Ø  Kurban berkala, kurban yang dilakukan jika ada keperluan.
b.      Zaman Brahmana, dimulai pada tahun 1000 SM hingga 750 SM. Pada zaman ini para imam yaitu para Brahmana sangat berkuasa dan menimbulkan kitab-kitab yang berlainan sekali sifatnya dibandingkan dengan kitab-kitab Weda Samhita. Sekarang penyesuaian diri dengan peradaban India purba sudah lebih maju, sehingga timbul jiwa baru.
Zaman ini adalah suatu zaman yang memusatkan keaktifan rohaninya pada korban. Pada zaman Brahmana timbul perubahan suasana. Ciri-ciri zaman ini adalah:
Ø  Kurban mendapat tekanan yang berat.
Pada zaman weda purba kurban masih menjadi alat untuk mempengaruhi para dewa agar berkenan menolong manusia.pandangan itu pada zaman Brahmana berkembang hingga mencapai puncaknya. Secara mitologis kurban digambarkan sebagai suatu makhluk hidup yang memiliki anggota-anggota tubuh. Jika semua anggota-anggota itu disusun secara harmonis, dengan perantaraan mantra-mantra, maka terbentuklah rupa korban. Rupa korban ini dapat menjdaikan upacara korban berhasil.
Ø  Para imam menjadi golongan yang paling berkuasa.
Berhasilnya kurban tergantung dari rupa kurban, rupa kurban tergentung pada kecakapan imam untuk menyusunnya dengan mantranya.
Ø  Perkembangan kasta dan asrama
Pada zaman ini timbullah kasta-kasta yaitu kasta Brahmana (para imam), kasta Ksatria (yang memerintah), kasta Waisya (pekerja), Kasta sudra (rakyat jelata). Asrama merupakan suatu konsep sosial yang memberikan peraturan-peraturan bagi tindakan-tindakan yang sesuai dengan tingkatan hidup orang menurut kastanya. Hidup manusia dibagi menjadi 4 asrama, yaitu:
1.      Brahmacarya, tahap menjadi murid.
Pada umur 12 tahun anak harus belajar pada guru. Jika sudah diterima dengan suatu upacara maka disebut dwija. Selama menjadi murid ia harus belajar kitab weda samhita.
2.      Grhasta, tahap menjadi kepala keluarga. Dalam tahap ini harus berkeluarga dan mempunyai banyak anak, terlebih anak laki-laki. Karena anak laki-laki mempunyai tugas keagamaan.
3.      Wanaprasta, tahap menjadi penghuni hutan (pertapa)
Ia harus meningglakan anak cucu nya dan pergi ke hutan untuk mempelajari kitab-kitab Aranyaka, serta merenungkan kurban-kurban rohani. Akhirnya ia memasuki asrama terakhir yaitu
4.      Sannayasa, tahap hidup penyangkalan
Ia harus meninggalkan segala sesuatu, mengembara, hidup tanpa rumah, sebagai pengemis yang tidak memiliki apa-apa. Dalam tahap ini ia mempelajari kitab Upanisad. Dalam praktiknya sering tahap ke tiga dan empat digabung.
Ø  Dewa-dewa berubah perangainya
Pada zaman ini ada beberapa dewa yang sudah tak pernah disebut-sebut lagi.dan ada dewa-dewa yang hanya diturunkannya kedudukannya.
Ø  Timbulnya kitab-kitab sutra
Kitab sutra ialah kitab-kitab pedoman yang berisi petunjuk tenteng banyak hal dan yang ditulis dalam kalimat-kalimat yang pendek. Isinya membicarakan bahasa, tata bahasa, upacara-upacara, ilmu pengetahuan tentang soal dan arti kata, dan sebagainya. Semua itu diperlukan bagi teknik kurban yang memerlukan pengucapan mantra yang tepat.
c.       Zaman Upanisad, dimulai dari tahun 750 SM hingga 500 SM. Pada zaman ini pemikiran secara falsafah mulai berkembang. Pusat peradaban berpindah dari Punjab ke Sungai Gangga.
Ajaran upanisad dapat disebut monisme yang bersifat idealistis, artinya ajarannya mengajarkan bahwa segala sesuatu dapat dikembalikan pada satu asas. Adapun asas yang satu itu adalah Brahman dan Atman. Brahman adalah asas alam semesta sedangkan atman adalah asas jiwa. Hanya Brahman dan Atman inilah yang memiliki kenyataan
Ø  Brahman. Mula-mula Brahman adalah ilmu yang suci, suatu nyanyian atau mantra, sebagai pernyataan yang konkret dari hikmat rohani. Tapi kemudian Brahman adalah doa. Sekarang dalam Upanisad Brahman adalah sebab adanya dunia, landasan atau sebab bendani dunia, seperti emas adalah sebab bendani perhiasan dari emas.
Ø  Atman
Dalam weda samhita Atman berarti napas, jiwa, dan pribadi. Di dalam upanisad disebutkan bahwa pengliihatan, pendegaran, dan sebagainya stu per satu meninggalkan tubuh untuk mengetahui siapa dari fungsi-fungsi hidup itu yang terpenting. Akhirnya diketahui bahwa yang terpenting adalah napas, atman. Dengan ini dijelaskan bahwa  atman adalah hakikat manusia yang sesungguhnya. Atman adalah subyek yang tetap ada di tengah-tengah segala yang berubah.
Ø  Brahman adalah atman
Brahman sebagai asas kosmis, adalah sama dengan atman sebagai asas hidup manusia. Di dalam atman Brahman menjadi imanen. Yang tak terbetas menjadi terbetas
Ø  Karma
Segala sesuatu ditaklukan oleh karma baik dewa, manusia, maupun binatang dan tumbuhan. Hidup kita sekarang dipengaruhi oleh perbuatan kita pada zaman kehidupan yang mendahului hidup ini dan akan mempengaruhi hidup yang akan datang.
Ø  Samsara
Ajaran tentang karma mengakibatkan adanya ajaran tentang samsara, yaitu ajaran tentang perputaran kelahiran. Nasib manusia adalah dilahirkan lagi, hidup, mati, demikian seterusnya
Ø  Kelepasan
Sebab manusia dikuasai oleh samsara karena manusia itu terdiri dari keinginan-keinginan. Siapa yang ingin mendapatkan kelepasan ia harus dapat menghapuskan segala keinginannya.[vi]
C.     Zaman Klasik
Sejak abad ke-6 hingga ke-2 SM India mengalami krisis politik karena merosotnya kepercayaan pada kaum Brahmana sehingga muncullah bangsa asing yang memasuki India, seperti Raja Darius 1 dari Persia, Alexander Agung pada abad ke-3 SM. Oleh karena itu muncullah pemikiran-pemikiran falsafi. Dan pada akhirnya pada zaman ini bermunculan reformator-reformator seperti Sidharta Gautama dan Mahavira. Sidharta Gautama merupakan pencetus dari agama Budha sedangkan Mahavira merupakan pencetus dari agama Jain.[vii]
a.       Kerajaan Maurya
Pendiri kerajaan Maurya adalah Chandragupta. Kerajaan ini didirikan 322-298 SM. Dalam pemerintahannya, India mencapai kemajuan dan mempunyai kebudayaan tinggi, pemerintahan, keuangan, kehakiman, perekonomian, serta cara pertahannan yang teratur. Pusat kekuasaan adalah raja, dibawahnya terdapat raja-raja muda yang menguasai daerah-daerah atau provinsi-provinsi. Pertahanan dalam negeri sangat kuat. Kaum Brahma mendapat perlindungan yang sangat besar.
Chandragupta suatu ketika menarik diri dari pemerintahan dan pengikut Jaina setelah terjadi kelaparan selama sepuluh tahun. Ia digantikan oleh puteranya Bindusara (298-272 SM). Pada pemerintahan Bindusara ini tidak begitu terlihat ada kemajuan-kemajuan. Bindusara digantikan oleh Asoka Vardhana (272-232 SM). Asoka meninggalkan agama Brahma dan memeluk agama Budha, sehinggapada saat itu agama Budha dijadikan sebagai agama kerajaan. Asoka beramanat supaya diantara agama-agama dan mazhab-mazhab harus ada ikatan persaudaraan dan perdamaian, setiap agama merdeka mandapat kebaktian dan perlindungan yang sama dari raja. Dalam agama Budha percaya bahwa manusia dalam hidupnya melalui beberapa tingkat dalam menjelma menjadi suatu jenis makhluk. Penjelmaan itu ditentukan oleh karma. Oleh karena itu manusia dan penjelmaannya tidak boleh dibunuh. Setelah Asoka meninggal ia digantikan oleh puteranya yaitu Dasaratha. Namun Dasaratha waktu itu diserang oleh kaum Brahma yang kedudukannya dibelakangkan, dan akhirnya kerajaan ini mengalami kemunduran.[viii]
b.      Kerajaan Gupta (320-656 SM)
Pendirinya ialah Chandragupta 1, ia memerintah pada tahun 320-330. Raja ini berasal dari derah yang kecil dekat Pataliputra menikah dengan putri Kumara Devi dari bangsa Lichchavi. Dari pernikahannya ia mewarisi seluruh lembah Gangga. Ia digantikan oleh puteranya Samudra Gupta.
Samudra Gupta memerintah pada tahun 330-375. Samudra Gupta adalah Brahmin yang setia dengan Hindu. Ia memerintah daerah Hindustan, sebagian dari India Utara dan India Tengah. Samudra Gupta adalah salah satu raja yang termasyhur dari beberapa raja di India.
Samudra Gupta digantikan oleh Chandra Gupta ll Vikramaditya. Ia memerintah dari tahun 375-415. Dibawah pemerintahannya kerajaan India mencapai kemajuan. Keadaan kerajaan amat makmur dan sentosa, pemerintahan dijalankan dengan bijaksanaselama 30 tahun. Namun setelah ia wafat kerajaan ini mengalami kemunduran, terutama karena desakan bangsa Huna (Huns) dari utara dan sikap raja-raja penggantinya yang tidak cakap. Kira-kira 70 tahun setelah ChandraGupta ll wafat, Kerajaan Gupta terpecah belah.
c.       Kerajaan Harsha
Rajanya bernama Suhasta Mama Maharaja Diraja Sri Harsha Wardana, memerintah tahun 606 hingga 647, yaitu raja terakhir dari raja India yang masyhur harsha berasal dari keturunan raja kecil, namun ibunya termasuk keturunan raja Gupta. Harsha berusaha memperkuat tentaranya. Setelah cukup kuat, ia memperluas kakuasaan dari India Utara sampai ke Teluk Benggala. Hanya saja saat ia melawan kerajaan Chalukya di India Tengah ia bdikalahkan oleh raja Pulakhesin ll (raja terkenal kerajaan Chalukya). Harsha memerintah selama 46 tahun. Pada akhir pemerintahannya ia menjadi seorang santri (Sangha) Budha. Pada tahun 647 raja Harsha wafat setelah memerintah 46 tahun. Ia adalah raja yang membawa keamanan dan kemakmuran dan membangkitkan India kembali dari penindasan bangsa Huna. Tapi setelah kemakmuran kembali, terjadilah permusuhan antara raja-raja yang berkuasa dibawah Harsha. Persatuan India lenyap sampai zaman Islam, dalam lima abad mendatang mengalami perpecahan dan kekacauan.
D.    Zaman Pertengahan
Zaman pertengahan dimulai dari kerajaan India Utara, Deccan, India Selatan.
Di India Tengah dan India Selatan kebudayaan Hindu terus berkembang, setelah India Utara dan Hindustan di8kuasai oleh raja-raja Islam yang datang dari Persia dan Asia Tengah. Sampai penjajahan Inggris (abad ke 18) di Deccan dan India Selatan masih ada kerajaan-kerajaan Hindu yang merdeka dan terus melawan penjajahan itu sampai permulaan abad ke 19 M, seperti dari Maratha.
Diantara kerajaan di India Tengah yang kuat adalah Kerajaan Chalukya sampai tahun 1190. India Selatan jauh dari India Utara yang dianggap sebagai pintu  masuknya agama baru, dan juga musuh. Sedangkan penduduk Deccan dan India Selaan yaitu Dravida sudah mempunyai kebudayaan dan agama sendiri sebelum datangnya bangsa Arya. Ketiga kerajaan tersebut makmur, menghasilkan kulit manis, lada, emas, logam-logam, dan mutiara yang terkenal dari zaman dahulu kala. Kemudian dari abad ke 4 hingga abad ke 8 M terdengar adanya kerajaan Pallava yang menaklukkan ketiga kerajaan tersebut. Belakangan kekuasaan raja Pallava berkurang karena aterus berperang dengan kerajaan Chalukya. Dengan begitu mulailah muncul kerajaan Chola yang pada pemerinthan Rajarajadeva (985)dan puteranya, Rajenda Choladeva l (1018) itu mempunyai daerah yang melingkungi Sailan, Pegu, Martaban di Birmadan Kepulauan Andaman. Ada juga candi di Tanjore.
Kerajaan-kerajaan Hindu di India Selatan dikemudian hari menjadi satu abad ke 14, merupakan kerajan Vijayanagar (1336-1565). Sejarah itu akan berhubungan dengan sejarah zaman Islam di India Utara dan Hindustan.[ix]
E.     Zaman Pra modern
Ciri utama masa ini menunjukkan fakta bahwa islam memberikan sebuah konteks mendasar bagi perkembangan Hinduisme. Islam memberikan pengaruh ganda bagi Hinduisme. Disatu pihak, Islam mengenjurkan perpindahan agama, dipihak lain Islam mendorong kecenderungan yang lebih egaliter dan monoteistik bagi kaum Hindu. Kemudian muncullah tokoh-tokoh untuk menjembatani jurang pemisah antara keduanya, kabir (abad ke-15), guru anak (1469-1538), dadu (1544-1603). Pada masa ini dua gerakan politik berbasis Hindu yang cukup berhasil adalah kerajaan Vijayanagar di Selatan dan kerajaan Marathas dibagian barat India. Dimana kerajaan Vijayanagar, Hindu atas Weda yang ditulis oleh Sayana. Kemudian juga Shivaji (1627-1680) adalah ahli dibidang ritual Weda dan menyatakan dirinya sebagai pelindung Weda. Ciri paling menonjol pada masa muslim (1200-1757) ini adalah berkembangnya agama Wishnu (Vaishnavism). Dua nama besar dari selatan adalah Vallaba (1479-1531) dari India selatan dan Caitanya (1486-1533) dari Bengal.
Pedagang-pedagang Islam dari Asia Barat datang ke India. Pengaruh agama dan kebudayaan Islam melalui keseluruhan India pada abad ke 13 berdirilah kesultanan Delhi yang melahirkan dinasti Islam. Dlam sejarah India ini dianggap sebagai permulaan zaman pertengahan dan dimulainya zaman Mughal. Penyatuan kebudayaan Islam dan Hindu membawa  kejayaan bagi India yang tercermin dalam seni, sastra, bahasa, dan arsitektur.
Penyebaran Ialam dalam sejarah Islam di India berlangusng secara bertahap. Islam masuk melalui pembaharuan kebudayaan setempat. Pada abad-abada tersebut para Imigran dari hadhramaut (Yaman) mulai memenuhi daratan India sebagai pedagang maupun juru dakwah. Puncaknya adalah saat kekaisaran Mughal oleh Babar, keturunana Timur Lenk, Penguasa Mongol pada tahun 1526.
F.      Zaman modern
Zaman ini dimulai antara tahun 1800 hingga 1947. Pengaruh kebudayaan Barat memberikan dampak menentukan bagi Hinduisme. Masuknya orang-orang Inggris sebagai penjajah membuat Hinduisme menghadapi situasi yang berbeda seara kualitatif. Masuknya kekuatan Inggris mengurangi kekuatan Islam. Namun Hinduisme harus menghadapi sebuah kekuatan baru, yakni agama Kristen. Tokoh reformasi Hindu pertama adalah Raja Rammohun Roy berusaha untuk membenarkan monotaisme yang berbasis Vedanta.
Menjelang akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, perkembangan Hinduisme mengalami sebuah proses pembalikan. Pada perkembangan sebelumnya, tradisi Hinduisme memperke4rsa posisinya untuk mempertahankan posisinya untuk otoritas Veda karena dibawah tekanan Budhisme, Jainisme, dan Matrealisme. Sedangkan di masa modern , walaupun Hinduisme mendapat tekanan dari sumber kristiani yang rasional, modernis, dan reformis, Hinduisme tidak bereaksi dengan cara yang sama. Hinduisme sekarang meninggilan pengalaman religius doiatas otoritas religius dan tidak lagi terikat oleh otoritas Veda.
G.    Zaman Kemerdekaan India
Pada awal kemerdekaan yaitu perpindahan penduduk secara besar-besaran akibat pecahnya jajahan Inggris menjadi India Pakistan serta pengintegrasian kurng lebih enam ratuskerajaan kecil yang diperintahkan oleh pangeran-pangeran ke dalam negara kesatuan India. India menyusun kerangka kehidupan kenegaraannya dalam bentuk suatu Undang-Undang Dasarmulai tanggal 26 januari 1950. Sejak saat itu India resmi menjadi negara Republik.[x]
Agama Negara
Agama Hindu dan Budha pernah menjadi agama negara pada masa kerajaan-kerajaan di India. Agama Hindu menjadi agama negara pada masa pemerintahan, diantaranya:
Kerajaan Gupta
Pada abad ke 4 muncul seorang raja yaitu Chandragupta 1 yang membangun kerajaan Gupta, dengan pusatnya di Lembah Gangga. Pada pemerintahan raja Chandragupta 1, agama Hindu dijadikan agama negara, namun Budha masih tetap dapat berkembang. Masa kejayaan kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta. Ia digantikan oleh Chandragupta, seorang yang beragama Hindu.
Agama Hindu mengalami pasang surut dengan munculnya agama-agama baru di India, yakni Budha, Jain, dan Sikh. Namun berkat peranan Dinasti Gupta, agama Hindu kembali mendapat tempat pada masyarakat India sampai saat ini.[xi]
Tidak hanya Hindu yang menjadi agama negara. Agama Budha pun pernah menjadi agama negara, diantaranya yaitu:
Kerajaan Maurya
Agama Budha menjadi agama negara pada saat pemerintahan Asoka (268-233 SM). Awalnya ia seorang penganut agama Hindu, tap berpundah agama menjadi pengikut Budha. Raja Asoka resmi mengikuti ajaran Budha, tapi rakyat pada umumnya masih setia pada ajaran Hindu. Asoka juga menerapkan hukum moral agama Budha mengenai sikap baik dan menjauhi kekerasan serta memberikan perdamaian, kebudayaan, kehormatan, dan kemakmuran bagi rakyatnya. Hal tersebut dapatlah dipahami bahwa saat itu agama Budha dijadikan sebgaia agama negara.[xii]
Kerajaan Harsha
Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudia memeluk agama Budha. Agama Budha pun dijadikan sebagai agama negara. Hal ini terbukti dengan dibangunnya wihara dan stupa di tepi sungai Gangga.[xiii]
Filsafat Hindu
Wedanta
Sad Darsana (Filsafat Wedanta)
1.      Pengertian dan Pokok-Pokok Ajaran Wedanta
pengertian
Wedanta berasal dari kata weda – anta, artinya bagian terakhir dari weda. Kitab Upanisad juga disebut dengan Wedanta, karena kitab-kitab inimewujudkan bagian akhir dari Weda yang bersifat menyimpulkan. Disamping itu ada tiga faktor yang menyebabkan Upanisad disebut dengan Wedanta, yaitu:
a.       Upanisad adalah hasil karya terakhir dari zaman Weda.
b.      Pada zaman Weda program pelajarna yang disampaikan oleh para Rsi kepda sisyanya, Upanisad juga merupakan pelajaran yang terakhir. Para Brahmacari pada mulanya diberikan pelajaran shamhita yakni koleksi syair-syair dari zaman Weda. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Brahmana yakni tata cara untuk melaksanakan upacara keagamaan, dan terakhir barulah sampai pada filsafat dari Upanisad.
c.       Upanisad merupakan kumpulan syair-syair yang terakhir daripada zaman Weda. Oleh karena itu upanisad adalah inti dari Weda atau Wedanta.
Jadi pengertian Wedanta erat sekali hubungannya dengan upanisad hanya saja kitab-kitab Upanisad tidak memuat urainnan-uraian yang sistematis. Penyusun Upanisad pertama kali dilakukan oleh Badrayana, kira-kira 400 SM. Hasil karyanya disebut Wedanta – sutra.
Pokok-Pokok Ajaran
Filasafat Wedanta bersumber dari  Upanisad, Brahma sutra/ Wedanta-sutra dan Bhagawadgita. Filsafat tentang dunia ini ada yang memberikan ulasan bahwa dunia ini maya (bayangan saja). Dilain pihak menyebutkan dunia ini betul-betul ada, bukan palsu sebab diciptakan oleh Tuhan dari diriNya sendiri. Karena perbedaan pendapat ini dengan sendirinya menimbulkan teka-teki , apakah dunia ini benar-vbenar ada ataukah dunia ini betul-betul maya?
Hal ini menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Akibat dari penafsiran tersebut menghasilkan aliran-aliran filsafat Wedanta.[xiv]
Adapun para tokoh filsafat Wedanta yang terkenal adalah Sankara, Ramanuja, dan Madhawa. Masing – masing tokoh mendirikan aliran yang corak ajarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya, tetapi memiliki tujuan yang sama. (1) Sankara mendirikan aliran Adwaita; (2) Ramanuja mendirikan aliran Wisistadwaita; (3) Madhawa meandirikan aliran Dwaita. Secara garis besar semua aliran dari Wedanta tersebut terdiri dari aliran yang bersifat absolutistis dan theis.[xv]
2.      Aliran Adwaita dan Pemikiran Tokohnya
Sistem Wedanta yang terkenal dan terbesara adalah Adwaita. Adwaita artinya tidak dualisme. Maksudnya adwaita menangkal bahwa kenyataan ini lebih dari satu (Brahman). Disamping ada Brahman masih ada Atman yang merupakan sumber kekuatan.
Penganjur terbesar dan terbanyak pegaruhnya dari aliran ini adalah Sankara (788-820 M). Sweta Swatara Upanisad (mempertemukan pendapat-pendapat yang bertentangan), menyatakan bahwa asal daripada dunia ini terletak pada kekuatan sulap (maya) daripada Brahman. Dengan demikian Brahman dengan kekuatan MayaNya dapat memperlihatkan segala yang kita lihat ini, sehingga menghalangi pengetahuan kita yang sebenarnya yaitu Brahman dengan keanekaragamannya. Kekuatan Maya dari Brahman dapat menipu diri manusia, antara lain:
a.       Membuat manusia tertipu mengenai dunia yang kita lihat.
b.      Tertipu tentang apa yang sebenarnya Tuhan itu.
Sankara yang mengakui juga Maya itu kekuatan Tuhan, tetapi tidak permanen. Sankara berpendapat bahwa Tuhan tidak mengalami suatu perubahan dan segala yang kita lihat berubah, hanya kelihatannya saja demikian, sebenarnya tidak. Contoh: Perubahan Wiwarta yakni perubahan pandangan terhadap kenyataannya. Sesungguhnya tidak berubah, tapi kelihatannya saja berubah. Seperti merubah ular sebagai tali, melihat awana sebagai orang-orangan, dan lain sebagainya.
Sankara menganggap bahwa perubahan itu hanya lah wiwarta. Tapi keduanya percaya sat – Karya – Wada – (Samkhya)yakni semuanya bersumber dari Brahman.
Menurut Upanisad dunia beserta isinya adalah merupakan evolusi dari Brahman, evolusi paling dikenal adalah bahwa dari Brahman timbul panca Tan Matra – panca Maha Bhuta dari unsur ini timbul benda. Disamping sesuatu yang ada merupakan bagian dari dunia, tapi juga Tuhan sendiri menjadi dunia ini. Sankara tidak setuju bahwa Tuhan itu menciptakan dunia ini (parinama), tapi menyatakan diproyeksikan pada Tuhan (Wiwartawada).
Sankara menyatakanyang ada secara nyata (Sat) adalah kekal. Hanya bRahmana lah yang disebut Sat, artinya hanya Brahmana lah yang kekal. Tapi dunia ini beraneka ragam. Jadi dunia bukanlah sat, dunia ini bukan Brahman. Oleh karena itu harus dikatakan bahwa dunia adalah betul-betul ada dan maya, karena tidak kekal. Demikian pula benda-benda duniawi, sekalipun tidak dapat dikatakan ada secara mutlak, namun kenyataannya memang ada. Tapi benda duniawi tidak kekal selalu berubah sesuai dengan kodratnya.
Dunia ini tergantung pada Brahman. Seandainya Brahman tidak ada, dunia tidaka akan ada. Tapi bukan sebaliknya. Barhman tetap ada dan kekal abadi.
Hubungan Brahman Dengan Atman
Menurut Sankara hubungan antara jiwa dengan Brahman tidak sama dengan hubungan alam semesta atau dengan Brahman. Jadi jiwa tidak boleh dipandang sebgai kenyataan sifat Brahman, sebab jiwa terkena pengaruh rajas dan tamas, walaupun jiwa adalah Brhaman seutuhnya.
Satu-satunya relitas yanga ada adalah Brahman. Tapi Brahmna tidak tampak sebagai dunia yang objektif, yakni penjelmaan Brahman sebagai jiwa, yang memberikan kekuatan hidup setiap makhluk.
Brahman dikenal sebagai neti (Bukan ini, bukan itu). Sankara memberikan ulasan bahwa Brahman memiliki dua rupa, dua bentuk nya yakni:
a.       Para-rupa yakni rupa yang lebih tinggi
b.      Apara-rupa yakni rupa yang lebih rendah.
Pendapat Sankara tentang Pengetahuan
Menurut Sankara ada enam macam alat-alat pengetahuan (Pramana), yaitu; pengematan, penyimpulan, pembandingan, kesaksian, persangkaan, dan tiada pengetahuan.
Sankara mengajarkan bahwa Tuhanlah yang menurunkan ajaran Weda. Weda bukan karya Tuhan, tapi Tuhan menurunkan wahyu yang diterima oleh para Rsi yang dihimpun menjadi Weda. Sankara menyatakan bahwa Weda akan muncul kembali pada zaman berikutnya.
Menurut Sankara ada dua macam pengetahuan yaitu:
a.        pengetahuan yang lebih tinggi (Pra Widya) Pengetahuan yang lebih tinggi mengandung segala macam kebenaran, meliputi segala sesuatu yang mewujudkan kesatuan segala sesuatau yang mewujudkan kesatuan segala sesuatu yaitu Brahman. Pengetahuan yang lebih tinggi disebut Brahman Widya (Pengetahuan tentang Brahman) atau Ataman Widya (pengetahuan tentang Atman).
b.       pengtahuan yang lebih rendah (apara Widya). Pengetahuan ini mengenai pengetahuan dunia yang tampak ini, yang sebenarnya ialah Khayalan. Maka sebenarnya pengetahuan yang lebih rendah bukan pengetahuan, tapi bentuk Adiwya.
Adiwya: Tujuan hidup manusia adalah untuk mengetahui dan merealisir kebenaran. Orang yang mencapai tujuan hidup itu akan berubah pikirannya. Perubahan pikiran ini menghasilkan kelepasan.
Sarana untuk mencapai kelepasan yaitu:
Ø  Melakukan disiplin wairagya, yaitu sikap tidak tertarik pada duniawi.
Ø  Berusaha mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran yang tertinggi (Jnana) dan mengubha pengetahuan itu menjadi pengalaman yang langsung, yaitu dengan belajar pada guru.[xvi]
3.      Aliran Wasistadwaita dan pemikiran tokohnya
Wasistadwaita berasal dari kata Wasista dan Dwaita. Wasista berarti ‘yzng diterangkan’ yaitu oleh sifat-sifatnya. Jadi Brahman yang satu diberi keterangan oleh sifat-sifatNya. Tokohnya bernama Ramanuja (1050-1137).
Ramanuja menjelaskan pandangannya dengan cara orang memakai bahasa pada umumnya. Misal: “Mawar adalah merah”. Mawar adalah substansi, merah adalah sifat. Keduanya tidak sama, tapi menguraikannya seolah sama. Hubungan keduanya merupakan hubungan substansi dengan sifat.
Dalam Wasistadwaita ditekankan bahwa yang satu itu diterangkan atau ditentukan oleh sifat-sifatnya,Brahman yang tunggal itu menjelma dalam jiwa dan dunia serta menjiwai keduanya.
Tuhan
Menurut Ramanuja Tuhan adalah asas yang amanen yaitu berada di dalam jiwa (purusa)dan benda (prakerti). Tuhan, jiwa, dan benda mewujudkan suatau kesatuan yang organis. Hubungan antara ketiganya yaitu apathak siddhi atau tak dapat dipisahkan. Sekalipun demikian ia tidak dipengaruhi oleh jiwa dan benda.
Jiwa
Jiwa disebut dengan prakara Tuhan, artinya jiwa turut membantu Tuhan. Jiwa berbentuk atom.jikalau Tuhan berakekatkan akal, maka jiwa berakekatkan perasaan. Jiwa juga dapat menderita karena Karma yang dibuat oleh manusia. Ada tiga golongan, yaitu:
1.      Jiwa yang tidak pernah dibelenggu oleh duniawi yang disebut Nitya.
2.      Jiwa yang bebas dari belenggunya yang disebut mukti
3.      jiwa yang masih terbelenggu oleh benda, sehingga masih mengalami kelahiran kembali.
Prakerti
Ramanuja mengajarkan bahwa:
1.      Benda tidak bergantung dari roh atau jiwa dalam perkembangan
2.      Sattwa, rajas, tamas mewujudkan sifat-sifat benda
Hubungan jiwa dengan Tuhan, jiwa dengan badan dipengaruhi sifat masing-masing. Ramanuja menguraikan sepuluh sifat, yakni:
a.       Lima kwalitas indriani;  sparsendria, granendria, jihwendria, srotendria, caksu indria.
b.      Triguna; sattwa, rajas, tamas.
c.       Budhi dan ahamkara.
Kesepuluh unsur memberikan potensi atau daya yang menyebabkan gerak (sakti).
Menurut Ramanuja ada tiga alat ilmu pengetahuan; pengamatan, penyimpulan, sabda (pratyaksa, anumana, sabda pramana).
Pengetahuan adala semuanya benar. Ada tingkatan-tingkatan kebenaran: kurang benar, cukup benar, benar sekali.
Tujuan hidup menurut Ramanuja adalah untuk mencapai alam Narayana, menikmati kebebasan dan kebahagiaan yang sempurna. Ada dua jalan untuk mencapainya:
a.       Dengan prapati atau penyerahan secara mutlak dan dengan bhakti atau sembahyang. Praparti adalah orang yang harus berkiblat pada Tuhan. Penyerahan diri harus dengan sikap menaruh kepercayaan yang sempurna.
b.      Dengan jalan Bhakti yaitu disamping berusaha mendekatkan diri terhadap Tuhan denagn memasrahkan jiwa raga demi Tuhan, juga berusaha mengharmonisasikan diri (mendekatkan diri) terhadap segala ciptaan Tuhan dengan jalan; berkarma, berpikir, dan melatihb diri dari segala godaan. Selanjutnya dikatakan tujuan yang terakhir akan tercapai jika tubuh luluh dengan asalnya. Di situ lah jiwa akan melihat Tuhan secara langsung dan akan nampak sebagai hakekat yang tertinggi dari kekuatan dirinya sendiri.[xvii]
4.      Aliran Dwaita dan Pemikiran Tokohnya
Tokoh nya bernama Madhwa (1199-1278). Sisitemnya disebut Dwaita (dualis) sebab menurut Madhwa poko-poko ajaran filsafatnya adalah perbedaan (bheda). Sistem ini dinamakan realistis karena dunia ini adalah nyata, bukan maya.akhirnya sistem ini bersifat theistis karena menerima adanya Tuhan berdiri sendiri, dengan begitu Madhwa mengakui atau percaya dengan adanya manifestasi dari Tuhan yang beraneka ragam.
Karena ajaran Madhwa adalah mengakui adanya kenyataan yang beraneka ragam di dunia ini, semuanya mempunyai ciri dan sifat tersendiri sehingga menimbulkan perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu mempunyai wujud tersendiri.
Menurut Madhwa di dunia ini ada lima macam perbedaan, yaitu:
a.       Perbedaan antara Tuhan dengan jiwa
b.      Perbedaan antara jiwa dengan jiwa lainnya
c.       Perbedaan antara Tuhan dengan benda
d.      Perbedaan antara jiwa dengan benda
e.       Perbedaan antara benda yang satu dengan yang lain.
Mereka saling bergantungan. Misal: tubuh bergantung pada jiwa.
            Tuhan, jiwa dan benda itu kekal, namun hanya Tuhan yang merdeka dan bebas, yang tidak bergantung pada siapapun dan apapun.
            Menurut Madhwa di dunia ini banyak jiwa yang tidak terhingga jumlahnhya. Tiap jiwa berbeda dengan jiwa lain. Itulah sebab tiap orang memiliki pengelamannya sendiri-sendiri. Jiwa itu berbentuk atom, tapi karena dipengaruhi nafsu maka jiwa ini ikut mederita atau bahagia. Padah sebenarnya jiwa itu kekal dan abadi penuh dengan kebahagiaan.
            Secara umum jiwa yang ada di dunia mempunyai tingkatan-tingkatan, yaitu:
a.       Jiwa-jiwa yang bebas secara kekal (nitya), seperti Laksmi, istri, atau sakti Wisnu
b.      Jiwa-jiwa yang telah mencapai kelepasan dari sengsara (mukta) yaitu para Dewata, para Rsi, dan nenek moyang yang mendapat kelepasan
c.       Jiwa-jiwa yang terbelenggu (baddha), oleh segala papa dan dosa, jiwa yang terbelenggu ini ada dua kelompok, yaitu:
1.      Jiwa-jiwa yang masih dapat dibebaskan (Mukti Yogya)
2.      Jiwa-jiwa yang tidak dapat dilepaskan lagi, terdiri dari dua:
Ø  Jiwa yang untuk selamanya terikat hukum samsara
Ø  Jiwa yang terus diikat oleh hukum samsara yang lebih rendah.
Ada juga jenis tingkatan yang lainnya yaitu: Jiwa Satwika (Jiwa yang dikuasai oleh sifat Sattwam), Jiwa Rajas (Jiwa yang dikuasai sifat Rajas), Jiwa tamas (Jiwa yang terikat oleh hukum Samsara yang lebih rendah karena sifatnya dikuasai tamas).
Menurut Madhwa ada dua alat untuk memperoleh pengetahuan yang benar, yakni: Kewalapramana (alat yang primer)__ pengetahuan yang benar itu sendiri, yaitu menunjuk dengan langsung kepada suatu peristiwa__ dan anupramana (alat sekunder)__mendapatkan pengetahuan dengan perantara akal sehat. Perantara akal sehat itu ada tiga: Pratyaksa Pramana (pengamatan langsung), anumana Pramana (analisa), agama Pramana (Wahyu Tuhan).
Pengamatan dilakukan menggunakan sapta indria yaitu, panca budhindria,manas, dan saksin (kesadaran).
Pengetahuan yang benar yaitu pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan yang ada di luar manusia. Hal ini dijelaskan dengan seutas tali dengen seekor ular. Dwaita berpendapat bahwa ular itu tidak ada, baik ditempat itu maupun di tempat lain. Kesalahan pengetahuan itu ialah apa yang tidak ada disangka ada. Orang-orang pada umumnya bingung, menyangka yang tidak ada dikatakan ada, hal ini disebabkan oleh awidya (kegelapan pikiran manusia).
Untuk mencapai tujuan hidup yakni dengan meniadakan awidya. Samsara juga disebabkan karen awidya.[xviii]
Nyaya
·         Nyaya membicarakan bagian umum filsafat dan metode untuk mengadakan penelitian yang kritis.[xix]
·         Pendiri ajaran ini adalah Mahersi Gautama (Gotami), kitabnya yaitu Nyaya sutra.[xx]
·         Dalam arti sempit Nyaya berarti penalaran silogostis. Sedangkan dalam arti lebih luas, Nyaya berarti pemeriksaan objek melalui bukti-bukti. Karenanya Nyaya menjadi sebuah sains pembuktian atau pengetahuan nyang benar (Pramanashastra).[xxi]
·         pengetahuan kita berlaku (benar) atau tidak, hal itu tergantung dari alat-alat yang dipakai.[xxii]
·         Alat-alat yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan disebut pramana.[xxiii]
·         Catur pramana, yaitu:[xxiv]
Tuhan menurut Nyaya
·         Tuhan disamakan dengan siwa.
·         Menurut Nyaya Tuhan adalah penyebab tertinggi penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan dunia
·         Ada dua macam pembuktian tentang Tuhan: Komologi, yaitu Pembuktian ini menyatakan bahwa dunia ini adalah akibat dari suatu sebab. Sebab itulah Tuhan; dan teleologis, yaitu di dunia ini ada suatu tata tertib dan aturan tertentu sehingga dunia ini menampakkan suatu rencana yaitu Tuhan
·         Tuhan sebagai penggerak pertama dan utama dari atom-atom yang menjadikan benda-benda di alam ini. Tuhan menciptakan, merawat, melebur alam dan segala isinya dengan pengaruh karma dari alam dan isinya.
·         Dunia ini lengkap dengan derita dan kebahagiaan, dapat atau tidaknya makhluk menikmati kebahagiaan di dunia ini tergantung dari benar tidaknya pengetahuan yang dimiliki oleh makhluk
·         Dalam ajaran kosmologi Hindu, alam semesta dibangun dari lima unsur, yakni: tanah (zat padat), air (zat cair), udara (zat gas), api (plasma), dan ether. Kelima unsur tersebut disebut Pancamahabhuta atau lima unsur materi.
·         alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi, yaitu:[xxv]
·         kelepasan menurut Nyaya[xxvi]
Mimamsa
·         Istilah Mimamsa berasal dari kata dasar man berarti ’berfikir’, ‘memperhatikan’, ‘menimbang’, atau ‘menyelidiki’.[xxvii]
·         Secara etimologi ingin berfikir . berarti  pemikiran, pemeriksaan atau penyelidikan, dari teks weda.
·         Purwa mimamsa secara khusus mengkaji bagian veda
·         Purvamimamsa juga disebut karma mimamsa, menafsirkan aksi terlarang dalam weda
·         Pembina sistem Mimamsa adalah Jamini, kitabnya Mimamsa sutra
·         Ada dua aliran dalam Mimamsa, yakni Prabhakara dan Kumarila Bhata
·         Prabhakara mengajarkan lima cara untuk memperoleh pengetahuan dan Kumarila Bhata mengajarkan enam
·         Mimamsa memandang bahwa cara kesaksian (Sabda) ialah yang paling penting dan utama, yakni kesaksian dalam Weda
·         Tujuan Mimamsa adalah untuk mencapai kebahagiaan surgawi, hal itu dapat dilakukan dengan pelaksanaan dharma, yakni upacara kurban
·         Mimamsa menerima semua perbuatan terlarang dalam pustaka Weda, serta membagi menjadi dua bagian, yaitu: Mantra dan Brahmana
·         Pangkal pikiran Mimamsa tercentum dalam sajak pembukaan Mimamsa sutra yang berbunyi; “kini adalah pemeriksaan kewajiban (dharma)”
·         Menurut Jamini, pengetahuan tentang dharma hanya dapat diperoleh melalui penyaksian kata-kata (sabda)
·         Pustaka Mimamsasutra terdiri atas dua belas bab (adhayana). Masing-masing dibagi menjadi empat bagian; sedangkan bab 3, 6, dan 10 berisikan delapan bagian
·         Hanya bab pertama yang mengandung nilai filsafat. Bagian-bagian selanjutnya manjelaskan tafsiran ritual dan upacara-upacara kebaktian
·         Menurut Mimamsa alam itu kekal, tidak dibuat oleh Tuhan, dan ada dengan sendirinya
·         Substansi yaitu: bumi, air, api, hawa, akasa, akal, pribadi, ruang, waktu, ditambah tamas dan suara
·         Substansi, kwalitas, dan sifat umum tidak dapat dipisahkan
·         weda diakui sebagai sumber pengetahuan yang maha sempurna, weda bukan pula ciptaan Tuhan, weda ada dengan sendirinya.


[ii] Nana Supriatna, Sejarah, e book
[iii] Harun Hadiwijono, Hindu dan Budha, jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. 6, 1989, h. 10
[iv] Nana Supriatna, Sejarah, e book
[v] Harun Hadiwijono, Hindu dan Budha, h. 10-11
[vi] Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, e book
[vii] Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), cet. VI, 1989, h 23
[viii] T.S.G Mulia, India sedjarah politik dan pergerakan, (Jakarta: Balai Pustaka), cet. III, 1959, h 25-32
[ix] T.S.G Mulia, India sedjarah politik dan pergerakan, (Jakarta: Balai Pustaka), cet. III, 1959, h. 43-46
[x] Makalah Topik lV, Zaman Pertengahan sampai Kemerdekaan India
[xi] Makalah Topik lll, Zaman Agama Budha, h.4
[xii] Makalah Topik lll, Zaman Agama Budha, h. 2-3
[xiii] Makalah Topik lll, Zaman Agama Budha, h. 5
[xiv] I Geda Rudia Adiputra, dkk, Tattwa Darsana, Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi, 1990, h. 67-68
[xv] Bayu Arkeolog Jawa, Intisari Sad Darsana dan Hubungannya dengan ilmu Percandian Dalam Dunia Arkeologi, diakses pada 24 Okt. 12, dari http://bayuarkeologjawa.blogspot.com/2011/11/intisari-sad-darshana-dan-hubungannya.html
[xvi] I Geda Rudia Adiputra, dkk, Tattwa Darsana, Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi, 1990, h. 69-76
[xvii] I Geda Rudia Adiputra, dkk, Tattwa Darsana, Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi, 1990, h.76-85
[xviii] I Geda Rudia Adiputra, dkk, Tattwa Darsana, Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi, 1990, h. 85-90
[xix] Harun Hadiwijono, Sari Filsafat India, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1989, h. 53
[xx] I Made Titib, Pengantar Weda, Jakarta: Hanuman Sakti, 1996, h. 155
[xxi] Matius Ali, Filsafat India, Karang Mulya: Sanggar Luxor , cet l, 2010, h. 33-35
[xxii] Matius Ali, Filsafat India, Karang Mulya: Sanggar Luxor , cet l, 2010, h. 33-35
[xxiii] Harun Hadiwijono, Sari Filsafat India, h. 53
[xxiv] Harsa Swabodhi, opamana-pramana Budha Dharna dan Hindu Dharma, h. 13
[xxv] I Gede Rudia Adiputra dkk, Tattwa Darsana, h. 25-26
[xxvi] I Gede Rudia Adiputra dkk, Tattwa Darsana, h. 27-28
[xxvii] Matius Ali, Filsafat India, Sanggar Luxor ,Karang Mulya: 2010, cet l, h. 89