PENDAHULUAN
Dalam sejarah telah tercatat bahwa mulai pada abad ke 18 Masehi
dunia ini dikatakan telah memasuki periode zaman modern. Yang mana, periode ini
muncul, setelah berakhirnya masa-masa pada abad 16-17 Masehi, yaitu Renaisance.
Dunia saat ini telah memasuki zaman modern, hal ini ditandai dengan semakin
maju dan berkembangnya dunia pada saat ini. Kemajuan-kemajuan ini telah
dicapai, yang mana di perlihatkan melalui muncul nya teknologi-teknologi
canggih baru. Satu hal yang menjadi kunci atau awal dari muncul nya zaman
modern ini, yaitu semakin berkembangnya pemikiran seseorang. Timbulnya ilmu
pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Segala
sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan logika dan
empirisme. Pada kesempatan kali ini, penulis akan mengulas sedikit mengenai
Agama, Sekelerisasi, dan Modernisasi.
PEMBAHASAN
A.
Agama
Menurut
Ensiklopedi Indonesia 1 (Ed. Hassan Shadily), istilah agama berasal dari bahasa
sansekerta: a berarti tidak, gam berarti pergi atau berjalan dan a
yang berarti bersifat atau keadaan. Jadi, agama berarti bersifat atau keadaan
tidak pergi, tetap, lestari, kekal, tidak berubah. Maka, agama adalah pegangan
atau pedoman untuk mencapai hidup kekal. Dalam praktek sehari-hari, kata
“agama” dipergunakan sebagai terjemahan dan padanan dari kata latin religio,
atau kata religion dalam bahasa Inggris. Namun, pengertian tentang agama itu
relatif terhadap apa yang akan dibahas selanjutnya. Maka jika mendefinisikan
agama sebaiknya menyebutkan unsur-unsur nya, karena definisi agama itu
berbeda-beda dikarenakan sudut pandang tertentu.[1] Selain
itu para antropolog seperti Haviland, Antony F.C.Wallace juga mendefinisikan
agama menurut pandangan mereka.[2]
Adapula
definisi lain dari agama yaitu suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang
dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka
dan masyarakat luas umumnya. Selain itu, beberapa sosiolog juga mendefinisikan
agama. Seperti Thomas F.O. Dea juga mendefinisikan agama ialah pendayagunaan
sarana-sarana supra empiris untuk maksud-maksud nonempiris atau supra-empiris.[3]
Selanjutnya, bagi Joachim Wach aspek yang perlu diperhatikan khusus ialah:
pertama, unsur teoretisnya, bahwa agaa adalah suatu sistem kepercayaan. Kedua
unsur praktisnya, ialah yang berupa sistem kaidah yang mengikat penganutnya.
Ketiga aspek sosiologisnya, bahwa agama mempunyai sistem perhubungan dan
interaksi sosial. Nikolas Luhmann enyatakan bahwa yang perlu diperhatikan dalam
definisi agama ialah aspek fungsionalnya. Ia melihat agama terutama sebagai
suatu cara dengan mana suatu fungsi khas dimainkan dalam situasi evolusioner
yang erubah terus menerus.[4]
B.
Sekularisasi
Kata sekularisasi
berasal dari kata latin “saeculum”, yang berarti “dunia”, yaitu dunia seperti
apa adanya beserta keseluruhan nilai-nilainya yang sering disebut nilai
duniawi. Dalam konteks pemikiran ini dunia dan nilai duniawi dipisahkan sama
sekali dari agama, dan demikian di nilai baik. Dari kata “saeculu” dibentuk
kata “saecularis” atau sekular yang diberi arti “serba duniawi” dalam arti yang
lebih baik. Lebih lanjut dari kata yang sama muncul pengertian “sekularisme”
dan “sekularisasi”. Yang pertama termasuk golongan ideologi, dan yang kedua
berupa suatu gerakan. Sejak abad lalu terdapau dua maca sekularisme, yaitu
sekularisme ekstrem dan sekularisasi moderat. Sekularisme ekstrem ialah
pandangan hidup atau ideologi yang mencita-citakan otonomi nilai duniawi lepas
dari campur tangan Tuhan dan pengaruh agama. Dalam kerangka ini dapat
dimasukkan semua pandangan hidup ateis, yang secara prinsipal- metodologis
tidak memasukkan pengertian Tuhan yang transenden dalam teori dan praktek.
Sedangkan sekularisme moderat ialah pandangan hidup (ideologi) yang
encita-citakan otonomi nilai duniawi dengan mengikutsertakan Tuhan dan agama.
Pandanga hidup teis dapat dimasukkan dalam kategori ini.[5]
Dalam refrensi
lain, Nurcholis Madjid mengartikan sekularisasi sebagai pengakuan wewenang ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam membina kehidupan duniawi. Dan ilmu
pengetahuan itu sendiri terusberproses dan berkembang menuju kesempurnaannya.
Jika sekularisasi merupakan proses yang dinamis, maka sekularisme adalah suatu
paham keduniawian. [6]
nurcholis Madjid menyatakan bahwa sekularisasi bukan merupakan paham yang
statis tetapi suatu proses yang terus berlangsung. [7]
C.
Modernisasi
Arti kata
modernisasi dengan kata dasar moden berasal dari bahasa latin modernus
yang dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara
dan ernus menunjuk pada adanya periode waktu masa kini. Modernisasi
berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat modern.
Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju
masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan
sosial dimana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan
ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern. Di Indonesia,
istilah modernisasi seringkali disalahartikan. Orang cenderung mengartikan
modernissi sebagai westernisasi, terutama pada sikap para pelakunya yang
cenderung selalu meniru secara mutlak pengaruh Barat yang masuk. Modernisasi
dianggap kebebasan yang tidak lagi menghiraukan norma-norma yang melekat pada
suatu masyarakat. Maka kita harus paham betul pengertian modernisasi. Ciri-ciri
manusia modern menurut Alex Inkeles, diantaranya:
1.
Memiliki
sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan terbuka untuk perubahan
2.
Memiliki
keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya sendiri
atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap
demokratis
3.
Menghargai
waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan daripada masa lau
4.
Memiliki
perencanaan dan pengorganisasian
5.
Percaya
diri
6.
Perhitungan
7.
Menghargai
harkat hidup manusia lain
8.
Percaya
pada ilmu pengetahuan dan teknologi
9.
Menjunjung
tinggi suatu sikap dimana imbalan yang diterima seseorang haruslah sesuai
dengan prestasinya dalam masyarakat.
Gejala-gejala Modernisasi yaitu:
1.
Bidang
Budaya, ditandai dengan semakin terdesaknya budaya tradisional oleh masuknya
pengaruh budaya dari luar, sehingga budya asli semakin pudar. Contoh budaya
gotong royong dalam masyarakat sudah semakin langka karena telah diganti dengan
budaya komersial serta adat istiadat perkawinan dilakukan dengan cara yang
praktis yang tidak memakan waktu lama serta biaya besar.
2.
Bidang
politik, ditandai dengan semakin banyaknya negara yang lepas dari penjajahan,
munculnya negara-negara yang baru merdeka, tumbuhnya negara-negara demokrasi,
lahirnya lembaga-lebaga politik, dan seakin diakuinya hak-hak asasi manusia.
3.
Bidang
ekonomi, ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan
barang-barang dan jasa sehingga sektor industri dibangun secra besar-besaran
untuk memproduksi barang. Dengan demikian, kita akan semakin mudah untuk
memperoleh barang dan jasa.
4.
Bidang
sosial, ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru dalam masyarakat,
seperti kelompok buruh, kaum intelektual, kelompok manajer, dan kelopok ekonomi
kelas. Dengan demikian, terdapat banyak raga spesialisasi pekerjaan sesuai
dengan perannya.[8]
D.
Perbedaan
antara Sekularisaasi dan Modernisasi
Sekularisasi
adalah sebuah proses sosial, yang menyangkut agama dan sebetulnya bukan masalah
iman. Oleh karena itu sebenarnya juga tidak langsung menyangkut teologi. Modernissi menunjuk pada proses perubahan
dalam segala bidang kehidupan: ilmu, bersama dengan teknologi dan
industrialisasi; sosial-politik, khususnya urbanisasi; dan terutama komunikasi
dan seluruh bidang kebudayaan. Sekularisasi adalah sebuah fenomen soaial
khusus, yang berhubungan dengan agama. Tentu saja ada hubungan erat antara
Modernissi dan sekulariasai, tetapi kedua itu tidak bisa disamakan.
Sekularisasi adalah suatu gejala modernisasi dalam situasi kehidupan tertentu,
khususnya di Eropa Barat.[9]
E.
Hubungan
antara Agama, Sekularisasi, dan
Modernisasi
Sekularisasi
bisa diartikan sebagai epmisah antara urusan dunia dan urusan agama.
Sekularissi juga proses pembebasan manusia dari agama, metafisika, atau hal-hal
yang bersifat transendental dan lebih berfokus pada masalah-masalah
keduniawian. Secara sosiologis, proses sekularisasi mempunyai kaitan erat
dengan modernisasi, karena modernisasi berimplikasi sekularisasi.[10]
Para pemikir sosial terkemuka abad ke 19 – Auguste Comte, Herbert
Spencer, Emile Durkheim, Max Weber, Karl Marx, dan Sigmund Freud – yakin bahwa
agama perlahan-lahan akan pudar dan tidak begitu penting peranannya bersamaan
dengan makin majunya masyarakat industri.
Sejak zaman pencerahan, tokoh-tokoh utama dalam filsafat, antroplogi,
dan psikologi menyatakan bahwa khayalan-khayalan teologis, ritual liturgis
simbolis, dan praktik-praktik sakral adalah produk masa lalu yang akan memudar
dalam masa modern. Matinya agama merupakan keyakinan yang luas diterima dalam
ilmu-ilmu sosial selama sebagian abad ke 20; tak diragukan, hal itu telah
dianggap sebagai model utama dari penelitian sosiologis, di mana sekularisasi
disejajarkan dengan birokratisasi, rasionalisasi, dan urbanisasi sebagai
revolusi-revolusi historis utama yang mengubah masyarakat agraris lama menjadi
masyarakat industri modern. Sebagaimana dikemukakan oleh C. Wright
Millsmenyangkut proses ini: “Dunia pernah dipenuhi dengan yang sakral dalam
pemikiran, praktik, dan bentuk kelembagaan. Setelah reformasi dan renaisans,
kekuatan-kekuatan modernisasi menyapu dunia, dan sekularisasi, sebagai proses
historis yang mengikutinya, memperlemah dominasi dari yang sakral. Pada
waktunya, yang sakral akan sepenuhnya menghilang, kecuali mungkin dalam wilayah
pribadi.” [11]
Pandangan inilah yang nantinya dikenal sebagai teori modernisasi dalam
menganalisa hubungan agama dan negara.[12]
F.
Dampak
Modernisasi dan Sekularisasi terhadap Agama
Yang perlu diperhatikan dengan adanya sekularisasi ini adalah
semakin merosotnya moral budaya dan agama kita sendiri (dunia ketiga). Proses
kemajuan yang diinginkan moderniasasi malah semakin memisahkan manusia dengan
manusia. Kemajuan teknologi di masyarakat bukan lagi hal yang sulit kita temui,
perkembangan teknologi ini mulai teraktualisasi melalui media elektronik,
seperti Handphone, Internet, Televisi, dll. Masyarakat semakin mudah mengakses
informasi dari dunia luar. Meskipun pada fungsi normatifnya, penemuan teknologi
ini adalah untuk mempermudah masyarakat untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
informasi yang berguna. Namun pada perjalananya, di dalam kemajuan elektronik
itu malah menjerumuskan masyarakat ke dalam hal-hal yang merugikan. Misalnya,
maraknya situs porno di Internet.
Sistem ekonomi yang ditawarkan oleh negara maju sangat mudah masuk
kedalam negara maju. Berkembangnya Liberasisme yang membebaskan individu untuk
mengembangkan modal dan merugikan yang tidak punya modal. Dengan sistem ini
kemudian masyarakat tergolong ke dalam kelas-kelas masyarakat (Marx), ada yang
kaya untuk mengekploitasi yang miskin.
Banyak anggapan masyarkat bahwa ketika kita masih berpegang kepada
agama maka kita akan ketinggalan zaman. Klaim universal ini semakin menjadi
tombak masyarakat itu sendiri. Anggapan bahwa agama hanyalah penghalang untuk
menjadikan masyarakatnya untuk bersaing. Padahal di dalam agama anjuran untuk
menjadi maju dan berkembang itu sudah tertulis dalam kitab suci (Al-Quran).
Modernisasi mempunyai hubungan saling keterkaitan dengan agama.
Modernisasi dengan adanya sekularisasi akan mengkerdilkan agama dan disatu sisi
merasionalkan agama kedalam kehidupan yang tidak hanya berkecimpung dalam
hubungan vertikal. Dan juga, agama harus menkontrol arus zaman ini, dengan
adanya reaktualisasi nilai-nilai agama yang terkadung dalam teks.[13]
PENUTUP
Kesimpulan
Saat ini, dunia telah menjadi modern. Yang mana, budaya modern
menjadikan pemikiran-pemikiran manusia menjadi sekuler. Munculnya, sekularisme
dan sekularisasi adalah akibat dari adanya budaya modernisme yang semakin lama
semakin membudaya saja. Sekularisasi merupakan pemisahan antara agama dengan
dunia yang mana orang cenderung meninggikan dunia nya daripada agamanya. Maka,
dalam dunia modern ini, agama semakin tidak mempunyai peran dalam kehidupan
manusia. Karena manusia cenderung mementingkan dunia daripada agamanya. Ini
merupakan hubungan antar ketiga subyek tersebut diatas, dan sekaligus merupakan
dampak atas membudayanya modernisme dan modernisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono SJ, Teologi dan Praksis Komunitas Post Modern,
(Yogyakarta: Kanisius), 1994, Cet.
Hardjana, Agus M, Religiositas, Agama, dan Spiritualitas,
(Yogyakarta: KANISIUS), 2009, cet. V,
Hendropuspito, Sosioologi Agama, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 2006, cet. XXII, h. 34
Nurcholis Madjid, Islam, Keindonesiaan, dan Kemodernan,
(Bandung: Mizan), 1987, h. 244
Maryati, Kun, Sosiologi SMA Kls XII, (Surabaya: Erlangga),
2001, jil. 3
Pippa Noris, Ronald Inglehart, Sekularisasi Ditinjau Kembali
Agama dan Politik di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: Pustaka
Alvabet&IKAPI), cet. 1, 2009
Rachman, Munawar Budhy, Argumen Islam Untuk Sekularisme,
(Jakarta: Grasindo)
Yuni Sare, Antropologi SMA XII, (Jakarta: Grasindo), 2009
Amrizalulya,
MODERNISASI DAN SEKULARISASI POLITIK: Sebuah Definisi, diakses pada 26 oktober
2013, dari http://amrizalulya.wordpress.com/2011/12/03/pendahuluanoleh/
[1] Beberapa
definisi agama. Agama sebagai jalan dan cara hidup; Agama adalah rangkaian
tindakan khas khas seperti do’a, ibadat, dan upacara; agama adalah perasaan
tergantung secara mutlak pada satu realitas yang mengatasinya. Hardjana, Agus
M, Religiositas, Agama, dan Spiritualitas, (Yogyakarta: KANISIUS), 2009,
cet. V, h. 50
[2]
(Haviland, 1988: 195-197) mendefinisikkan agama sebagai kepercayaan dan pola
perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah-masalah penting dan
aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya dengan teknologi
maupun sistem organisasi sosial yang dikenalnya. (Antony F.C. Wallace): agama
sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan
menggerakkan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau
justru menghindari terjadinya perubahan keadaan pada manusia atau alam semesta.Yuni
Sare, Antropologi SMA XII, (Jakarta: Grasindo), h. 31
[3] J Milton
Yinger mellihat agama sebagai sistem kepercayaan dan praktek dengan mana suatu
masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga mengahadapi masalah terakhir dari
hidup ini. Dunlop mendefinisikan agama sebagai sarana terakhir yang sanggup
menolong manusia bilamana instansi lainnya gagal tak berdaya. Ia merupakan
institusi atau bentuk kebudayaan yang menjalankan fungsi pengabdian kepada umat
manusia yang tidak ada pada lembaga lain. Hendropuspito, Sosioologi Agama,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2006, cet. XXII, h. 34
[4]
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 35
[5]
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 136
[6]
Nurcholis Madjid, Islam, Keindonesiaan, dan Kemodernan, (Bandung:
Mizan), 1987, h. 244
[7] Rachman,
Munawar Budhy, Argumen Islam Untuk Sekularisme, (Jakarta: Grasindo), h.
16
[8]Berikut
pengertian Modernisasi oleh para sosiolog, yaitu: 1. Menurut Wibert E. Moore,
modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama dalam bidang
teknologi dan organisasi sosial dari yang tradisional ke arah pola-polaekonomis
dan politis yang didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil. 2. Koentjaraningrat:
adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan keadaan dunia sekarang. 3.
Soerjono Soekanto: adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang biasanya
terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan (social planning). 4.
Astrid S. Susanto: ada;lah suatu proses pembangunan yang memberikan kesempatan
ke arah perubahan demi kemajuan. 5. Ogburn dan Nimkof: adalah suatu usaha untuk
mengarahkan masyarakat agar dapat memproyeksikan diri ke masa depan yang nyata
dan bukan pada angan-angan semu. Maryati, Kun, Sosiologi SMA Kls XII,
(Surabaya: Erlangga), 2001, jil. 3, h. 33
[9] Hartono
SJ, Teologi dan Praksis Komunitas Post Modern, (Yogyakarta: Kanisius),
1994, Cet. I, h. 29
[10]
Rachman, Munawar Budhy, Argumen Islam Untuk Sekularisme, h. 12
[11] Pippa
Noris, Ronald Inglehart, Sekularisasi Ditinjau Kembali Agama dan Politik di
Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: Pustaka Alvabet&IKAPI), cet. 1, 2009 h. 3
[12]
Amrizalulya, MODERNISASI DAN SEKULARISASI POLITIK: Sebuah Definisi,
diakses pada 26 oktober 2013, dari http://amrizalulya.wordpress.com/2011/12/03/pendahuluanoleh/
[13] Pippa
Noris, Ronald Inglehart, Sekularisasi Ditinjau Kembali Agama dan Politik di
Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: Pustaka Alvabet&IKAPI), cet. 1, 2009 h. 3
0 komentar:
Posting Komentar