Rabu, 01 Januari 2014

Agama, Sekularisasi, Modernisasi



PENDAHULUAN
Dalam sejarah telah tercatat bahwa mulai pada abad ke 18 Masehi dunia ini dikatakan telah memasuki periode zaman modern. Yang mana, periode ini muncul, setelah berakhirnya masa-masa pada abad 16-17 Masehi, yaitu Renaisance. Dunia saat ini telah memasuki zaman modern, hal ini ditandai dengan semakin maju dan berkembangnya dunia pada saat ini. Kemajuan-kemajuan ini telah dicapai, yang mana di perlihatkan melalui muncul nya teknologi-teknologi canggih baru. Satu hal yang menjadi kunci atau awal dari muncul nya zaman modern ini, yaitu semakin berkembangnya pemikiran seseorang. Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Segala sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme. Pada kesempatan kali ini, penulis akan mengulas sedikit mengenai Agama, Sekelerisasi, dan Modernisasi.
PEMBAHASAN
A.    Agama
Menurut Ensiklopedi Indonesia 1 (Ed. Hassan Shadily), istilah agama berasal dari bahasa sansekerta: a berarti tidak, gam berarti pergi atau berjalan dan a yang berarti bersifat atau keadaan. Jadi, agama berarti bersifat atau keadaan tidak pergi, tetap, lestari, kekal, tidak berubah. Maka, agama adalah pegangan atau pedoman untuk mencapai hidup kekal. Dalam praktek sehari-hari, kata “agama” dipergunakan sebagai terjemahan dan padanan dari kata latin religio, atau kata religion dalam bahasa Inggris. Namun, pengertian tentang agama itu relatif terhadap apa yang akan dibahas selanjutnya. Maka jika mendefinisikan agama sebaiknya menyebutkan unsur-unsur nya, karena definisi agama itu berbeda-beda dikarenakan sudut pandang tertentu.[1] Selain itu para antropolog seperti Haviland, Antony F.C.Wallace juga mendefinisikan agama menurut pandangan mereka.[2]
Adapula definisi lain dari agama yaitu suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya. Selain itu, beberapa sosiolog juga mendefinisikan agama. Seperti Thomas F.O. Dea juga mendefinisikan agama ialah pendayagunaan sarana-sarana supra empiris untuk maksud-maksud nonempiris atau supra-empiris.[3] Selanjutnya, bagi Joachim Wach aspek yang perlu diperhatikan khusus ialah: pertama, unsur teoretisnya, bahwa agaa adalah suatu sistem kepercayaan. Kedua unsur praktisnya, ialah yang berupa sistem kaidah yang mengikat penganutnya. Ketiga aspek sosiologisnya, bahwa agama mempunyai sistem perhubungan dan interaksi sosial. Nikolas Luhmann enyatakan bahwa yang perlu diperhatikan dalam definisi agama ialah aspek fungsionalnya. Ia melihat agama terutama sebagai suatu cara dengan mana suatu fungsi khas dimainkan dalam situasi evolusioner yang erubah terus menerus.[4]
B.     Sekularisasi
Kata sekularisasi berasal dari kata latin “saeculum”, yang berarti “dunia”, yaitu dunia seperti apa adanya beserta keseluruhan nilai-nilainya yang sering disebut nilai duniawi. Dalam konteks pemikiran ini dunia dan nilai duniawi dipisahkan sama sekali dari agama, dan demikian di nilai baik. Dari kata “saeculu” dibentuk kata “saecularis” atau sekular yang diberi arti “serba duniawi” dalam arti yang lebih baik. Lebih lanjut dari kata yang sama muncul pengertian “sekularisme” dan “sekularisasi”. Yang pertama termasuk golongan ideologi, dan yang kedua berupa suatu gerakan. Sejak abad lalu terdapau dua maca sekularisme, yaitu sekularisme ekstrem dan sekularisasi moderat. Sekularisme ekstrem ialah pandangan hidup atau ideologi yang mencita-citakan otonomi nilai duniawi lepas dari campur tangan Tuhan dan pengaruh agama. Dalam kerangka ini dapat dimasukkan semua pandangan hidup ateis, yang secara prinsipal- metodologis tidak memasukkan pengertian Tuhan yang transenden dalam teori dan praktek. Sedangkan sekularisme moderat ialah pandangan hidup (ideologi) yang encita-citakan otonomi nilai duniawi dengan mengikutsertakan Tuhan dan agama. Pandanga hidup teis dapat dimasukkan dalam kategori ini.[5]
Dalam refrensi lain, Nurcholis Madjid mengartikan sekularisasi sebagai pengakuan wewenang ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam membina kehidupan duniawi. Dan ilmu pengetahuan itu sendiri terusberproses dan berkembang menuju kesempurnaannya. Jika sekularisasi merupakan proses yang dinamis, maka sekularisme adalah suatu paham keduniawian. [6] nurcholis Madjid menyatakan bahwa sekularisasi bukan merupakan paham yang statis tetapi suatu proses yang terus berlangsung. [7]
C.     Modernisasi
Arti kata modernisasi dengan kata dasar moden berasal dari bahasa latin modernus yang dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara dan ernus menunjuk pada adanya periode waktu masa kini. Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan sosial dimana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern. Di Indonesia, istilah modernisasi seringkali disalahartikan. Orang cenderung mengartikan modernissi sebagai westernisasi, terutama pada sikap para pelakunya yang cenderung selalu meniru secara mutlak pengaruh Barat yang masuk. Modernisasi dianggap kebebasan yang tidak lagi menghiraukan norma-norma yang melekat pada suatu masyarakat. Maka kita harus paham betul pengertian modernisasi. Ciri-ciri manusia modern menurut Alex Inkeles, diantaranya:
1.      Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan terbuka untuk perubahan
2.      Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap demokratis
3.      Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan daripada masa lau
4.      Memiliki perencanaan dan pengorganisasian
5.      Percaya diri
6.      Perhitungan
7.      Menghargai harkat hidup manusia lain
8.      Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi
9.      Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan yang diterima seseorang haruslah sesuai dengan prestasinya dalam masyarakat.
Gejala-gejala Modernisasi yaitu:
1.      Bidang Budaya, ditandai dengan semakin terdesaknya budaya tradisional oleh masuknya pengaruh budaya dari luar, sehingga budya asli semakin pudar. Contoh budaya gotong royong dalam masyarakat sudah semakin langka karena telah diganti dengan budaya komersial serta adat istiadat perkawinan dilakukan dengan cara yang praktis yang tidak memakan waktu lama serta biaya besar.
2.      Bidang politik, ditandai dengan semakin banyaknya negara yang lepas dari penjajahan, munculnya negara-negara yang baru merdeka, tumbuhnya negara-negara demokrasi, lahirnya lembaga-lebaga politik, dan seakin diakuinya hak-hak asasi manusia.
3.      Bidang ekonomi, ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan barang-barang dan jasa sehingga sektor industri dibangun secra besar-besaran untuk memproduksi barang. Dengan demikian, kita akan semakin mudah untuk memperoleh barang dan jasa.
4.      Bidang sosial, ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru dalam masyarakat, seperti kelompok buruh, kaum intelektual, kelompok manajer, dan kelopok ekonomi kelas. Dengan demikian, terdapat banyak raga spesialisasi pekerjaan sesuai dengan perannya.[8]
D.    Perbedaan antara Sekularisaasi dan Modernisasi
Sekularisasi adalah sebuah proses sosial, yang menyangkut agama dan sebetulnya bukan masalah iman. Oleh karena itu sebenarnya juga tidak langsung menyangkut teologi.  Modernissi menunjuk pada proses perubahan dalam segala bidang kehidupan: ilmu, bersama dengan teknologi dan industrialisasi; sosial-politik, khususnya urbanisasi; dan terutama komunikasi dan seluruh bidang kebudayaan. Sekularisasi adalah sebuah fenomen soaial khusus, yang berhubungan dengan agama. Tentu saja ada hubungan erat antara Modernissi dan sekulariasai, tetapi kedua itu tidak bisa disamakan. Sekularisasi adalah suatu gejala modernisasi dalam situasi kehidupan tertentu, khususnya di Eropa Barat.[9]
E.     Hubungan  antara Agama, Sekularisasi, dan Modernisasi
Sekularisasi bisa diartikan sebagai epmisah antara urusan dunia dan urusan agama. Sekularissi juga proses pembebasan manusia dari agama, metafisika, atau hal-hal yang bersifat transendental dan lebih berfokus pada masalah-masalah keduniawian. Secara sosiologis, proses sekularisasi mempunyai kaitan erat dengan modernisasi, karena modernisasi berimplikasi sekularisasi.[10]
Para pemikir sosial terkemuka abad ke 19 – Auguste Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim, Max Weber, Karl Marx, dan Sigmund Freud – yakin bahwa agama perlahan-lahan akan pudar dan tidak begitu penting peranannya bersamaan dengan makin majunya masyarakat industri.  Sejak zaman pencerahan, tokoh-tokoh utama dalam filsafat, antroplogi, dan psikologi menyatakan bahwa khayalan-khayalan teologis, ritual liturgis simbolis, dan praktik-praktik sakral adalah produk masa lalu yang akan memudar dalam masa modern. Matinya agama merupakan keyakinan yang luas diterima dalam ilmu-ilmu sosial selama sebagian abad ke 20; tak diragukan, hal itu telah dianggap sebagai model utama dari penelitian sosiologis, di mana sekularisasi disejajarkan dengan birokratisasi, rasionalisasi, dan urbanisasi sebagai revolusi-revolusi historis utama yang mengubah masyarakat agraris lama menjadi masyarakat industri modern. Sebagaimana dikemukakan oleh C. Wright Millsmenyangkut proses ini: “Dunia pernah dipenuhi dengan yang sakral dalam pemikiran, praktik, dan bentuk kelembagaan. Setelah reformasi dan renaisans, kekuatan-kekuatan modernisasi menyapu dunia, dan sekularisasi, sebagai proses historis yang mengikutinya, memperlemah dominasi dari yang sakral. Pada waktunya, yang sakral akan sepenuhnya menghilang, kecuali mungkin dalam wilayah pribadi.” [11] Pandangan inilah yang nantinya dikenal sebagai teori modernisasi dalam menganalisa hubungan agama dan negara.[12]
F.      Dampak Modernisasi dan Sekularisasi terhadap Agama
Yang perlu diperhatikan dengan adanya sekularisasi ini adalah semakin merosotnya moral budaya dan agama kita sendiri (dunia ketiga). Proses kemajuan yang diinginkan moderniasasi malah semakin memisahkan manusia dengan manusia. Kemajuan teknologi di masyarakat bukan lagi hal yang sulit kita temui, perkembangan teknologi ini mulai teraktualisasi melalui media elektronik, seperti Handphone, Internet, Televisi, dll. Masyarakat semakin mudah mengakses informasi dari dunia luar. Meskipun pada fungsi normatifnya, penemuan teknologi ini adalah untuk mempermudah masyarakat untuk menambah wawasan, pengetahuan dan informasi yang berguna. Namun pada perjalananya, di dalam kemajuan elektronik itu malah menjerumuskan masyarakat ke dalam hal-hal yang merugikan. Misalnya, maraknya situs porno di Internet.
Sistem ekonomi yang ditawarkan oleh negara maju sangat mudah masuk kedalam negara maju. Berkembangnya Liberasisme yang membebaskan individu untuk mengembangkan modal dan merugikan yang tidak punya modal. Dengan sistem ini kemudian masyarakat tergolong ke dalam kelas-kelas masyarakat (Marx), ada yang kaya untuk mengekploitasi yang miskin.
Banyak anggapan masyarkat bahwa ketika kita masih berpegang kepada agama maka kita akan ketinggalan zaman. Klaim universal ini semakin menjadi tombak masyarakat itu sendiri. Anggapan bahwa agama hanyalah penghalang untuk menjadikan masyarakatnya untuk bersaing. Padahal di dalam agama anjuran untuk menjadi maju dan berkembang itu sudah tertulis dalam kitab suci (Al-Quran).
Modernisasi mempunyai hubungan saling keterkaitan dengan agama. Modernisasi dengan adanya sekularisasi akan mengkerdilkan agama dan disatu sisi merasionalkan agama kedalam kehidupan yang tidak hanya berkecimpung dalam hubungan vertikal. Dan juga, agama harus menkontrol arus zaman ini, dengan adanya reaktualisasi nilai-nilai agama yang terkadung dalam teks.[13]
PENUTUP
Kesimpulan
Saat ini, dunia telah menjadi modern. Yang mana, budaya modern menjadikan pemikiran-pemikiran manusia menjadi sekuler. Munculnya, sekularisme dan sekularisasi adalah akibat dari adanya budaya modernisme yang semakin lama semakin membudaya saja. Sekularisasi merupakan pemisahan antara agama dengan dunia yang mana orang cenderung meninggikan dunia nya daripada agamanya. Maka, dalam dunia modern ini, agama semakin tidak mempunyai peran dalam kehidupan manusia. Karena manusia cenderung mementingkan dunia daripada agamanya. Ini merupakan hubungan antar ketiga subyek tersebut diatas, dan sekaligus merupakan dampak atas membudayanya modernisme dan modernisasi.







DAFTAR PUSTAKA
Hartono SJ, Teologi dan Praksis Komunitas Post Modern, (Yogyakarta: Kanisius), 1994, Cet.
Hardjana, Agus M, Religiositas, Agama, dan Spiritualitas, (Yogyakarta: KANISIUS), 2009, cet. V,
Hendropuspito, Sosioologi Agama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2006, cet. XXII, h. 34
Nurcholis Madjid, Islam, Keindonesiaan, dan Kemodernan, (Bandung: Mizan), 1987, h. 244
Maryati, Kun, Sosiologi SMA Kls XII, (Surabaya: Erlangga), 2001, jil. 3
Pippa Noris, Ronald Inglehart, Sekularisasi Ditinjau Kembali Agama dan Politik di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: Pustaka Alvabet&IKAPI), cet. 1, 2009
Rachman, Munawar Budhy, Argumen Islam Untuk Sekularisme, (Jakarta: Grasindo)
Yuni Sare, Antropologi SMA XII, (Jakarta: Grasindo), 2009
Amrizalulya, MODERNISASI DAN SEKULARISASI POLITIK: Sebuah Definisi, diakses pada 26 oktober 2013, dari http://amrizalulya.wordpress.com/2011/12/03/pendahuluanoleh/




[1] Beberapa definisi agama. Agama sebagai jalan dan cara hidup; Agama adalah rangkaian tindakan khas khas seperti do’a, ibadat, dan upacara; agama adalah perasaan tergantung secara mutlak pada satu realitas yang mengatasinya. Hardjana, Agus M, Religiositas, Agama, dan Spiritualitas, (Yogyakarta: KANISIUS), 2009, cet. V, h. 50
[2] (Haviland, 1988: 195-197) mendefinisikkan agama sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah-masalah penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya dengan teknologi maupun sistem organisasi sosial yang dikenalnya. (Antony F.C. Wallace): agama sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau justru menghindari terjadinya perubahan keadaan pada manusia atau alam semesta.Yuni Sare, Antropologi SMA XII, (Jakarta: Grasindo), h. 31
[3] J Milton Yinger mellihat agama sebagai sistem kepercayaan dan praktek dengan mana suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga mengahadapi masalah terakhir dari hidup ini. Dunlop mendefinisikan agama sebagai sarana terakhir yang sanggup menolong manusia bilamana instansi lainnya gagal tak berdaya. Ia merupakan institusi atau bentuk kebudayaan yang menjalankan fungsi pengabdian kepada umat manusia yang tidak ada pada lembaga lain. Hendropuspito, Sosioologi Agama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2006, cet. XXII, h. 34
[4] Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 35
[5] Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 136
[6] Nurcholis Madjid, Islam, Keindonesiaan, dan Kemodernan, (Bandung: Mizan), 1987, h. 244
[7] Rachman, Munawar Budhy, Argumen Islam Untuk Sekularisme, (Jakarta: Grasindo), h. 16
[8]Berikut pengertian Modernisasi oleh para sosiolog, yaitu: 1. Menurut Wibert E. Moore, modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi dan organisasi sosial dari yang tradisional ke arah pola-polaekonomis dan politis yang didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil. 2. Koentjaraningrat: adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan keadaan dunia sekarang. 3. Soerjono Soekanto: adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang biasanya terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan (social planning). 4. Astrid S. Susanto: ada;lah suatu proses pembangunan yang memberikan kesempatan ke arah perubahan demi kemajuan. 5. Ogburn dan Nimkof: adalah suatu usaha untuk mengarahkan masyarakat agar dapat memproyeksikan diri ke masa depan yang nyata dan bukan pada angan-angan semu.  Maryati, Kun, Sosiologi SMA Kls XII, (Surabaya: Erlangga), 2001, jil. 3, h. 33
[9] Hartono SJ, Teologi dan Praksis Komunitas Post Modern, (Yogyakarta: Kanisius), 1994, Cet. I, h. 29
[10] Rachman, Munawar Budhy, Argumen Islam Untuk Sekularisme, h. 12
[11] Pippa Noris, Ronald Inglehart, Sekularisasi Ditinjau Kembali Agama dan Politik di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: Pustaka Alvabet&IKAPI), cet. 1, 2009 h. 3
[12] Amrizalulya, MODERNISASI DAN SEKULARISASI POLITIK: Sebuah Definisi, diakses pada 26 oktober 2013, dari http://amrizalulya.wordpress.com/2011/12/03/pendahuluanoleh/
[13] Pippa Noris, Ronald Inglehart, Sekularisasi Ditinjau Kembali Agama dan Politik di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: Pustaka Alvabet&IKAPI), cet. 1, 2009 h. 3

0 komentar:

Posting Komentar